Bismillahirrahmanirrahim
Baru aja jum'at tanggal 4 kemaren gua melakukan bazar. Lagi. Tetapi bukan di sekolah gua. Tempatnya di belakang warnet gua. Di situ ada sekolah. Sekolahan muslim tapi lagi ada lomba & bazar. Jadi eskrim gua pun menyumbang meramaikan.
Gua bangun pagi-pagi sekeluarga lalu langsung menyiapkan bawaan untuk bazar. Gua mengangkat-ngangkat frezzer dan etalase ayam ke mobil. Entah berapa kali tangan gua kejepit saat ngangkat-ngangkat barang itu.
Di sana, gua bertugas untuk menjaga stand eskrim, sedangkan 2 kakak gua menjaga stand ayam.
Di sana sama kayak di sekolah gua waktu itu pembeli ramai berdatangan bertubi-tubi. Tapi untungnya di sana ga ada iqbal. Jadi ga ada yang teriak :
"Hitam kulit..... Keriting rambut..... Aku Papuaaaaa......"
dan untungnya juga ga ada papua di sana.
Di sana gua menjaga stand eskrim. Dan karena ramai nya pembeli. Ramainya juga panggilan-panggilan dari para pembeli untuk gua. Ada yang manggil "mas". dan itu udah biasa gua denger. Ada yang manggil "bang" itu mungkin sedikit tidak mengenakkan untuk telinga gua. Lalu yang terakhir gua sukses dipanggil "OM".
Kata "OM" mungkin memang SANGAT tidak mengenakkan buat telinga gua. Bahkan untuk hidung gua pun juga ga enak. Gatel hidung gua denger kata "OM" yang mereka sebut ke gua.
Gua bingung kenapa bisa-bisanya gua yang unyu unyu macam ABG ghaoeelll ini dipanggil "OM". Dari mana sisi ke OM-OM-an gua? Lalu kenapa kakak gua ga ada yang dipanggil "TANTE" saat bazar itu? Kenapa hanya gua yag dipanggil "OM" ini sangat menyiksa..........!!!!!!!!!
Sepulang dari bazar gua mencoba untuk berkaca. Setelah berkaca ternyata memang tidak sepantasnya gua dipanggil "OM". Dan yang pantas itu gua dipanggil "MAS".
Kenapa gua ga milih panggilan yang bagus seperti "KAKAK", karena gua juga sadar dengan muka gua. Muka gua medok. Jadi pantasnya dipanggil "MAS"
Dari hal ini gua belajar bersukur.
Terimakasih.
Baru aja jum'at tanggal 4 kemaren gua melakukan bazar. Lagi. Tetapi bukan di sekolah gua. Tempatnya di belakang warnet gua. Di situ ada sekolah. Sekolahan muslim tapi lagi ada lomba & bazar. Jadi eskrim gua pun menyumbang meramaikan.
Gua bangun pagi-pagi sekeluarga lalu langsung menyiapkan bawaan untuk bazar. Gua mengangkat-ngangkat frezzer dan etalase ayam ke mobil. Entah berapa kali tangan gua kejepit saat ngangkat-ngangkat barang itu.
Di sana, gua bertugas untuk menjaga stand eskrim, sedangkan 2 kakak gua menjaga stand ayam.
Di sana sama kayak di sekolah gua waktu itu pembeli ramai berdatangan bertubi-tubi. Tapi untungnya di sana ga ada iqbal. Jadi ga ada yang teriak :
"Hitam kulit..... Keriting rambut..... Aku Papuaaaaa......"
dan untungnya juga ga ada papua di sana.
Di sana gua menjaga stand eskrim. Dan karena ramai nya pembeli. Ramainya juga panggilan-panggilan dari para pembeli untuk gua. Ada yang manggil "mas". dan itu udah biasa gua denger. Ada yang manggil "bang" itu mungkin sedikit tidak mengenakkan untuk telinga gua. Lalu yang terakhir gua sukses dipanggil "OM".
Kata "OM" mungkin memang SANGAT tidak mengenakkan buat telinga gua. Bahkan untuk hidung gua pun juga ga enak. Gatel hidung gua denger kata "OM" yang mereka sebut ke gua.
Gua bingung kenapa bisa-bisanya gua yang unyu unyu macam ABG ghaoeelll ini dipanggil "OM". Dari mana sisi ke OM-OM-an gua? Lalu kenapa kakak gua ga ada yang dipanggil "TANTE" saat bazar itu? Kenapa hanya gua yag dipanggil "OM" ini sangat menyiksa..........!!!!!!!!!
Sepulang dari bazar gua mencoba untuk berkaca. Setelah berkaca ternyata memang tidak sepantasnya gua dipanggil "OM". Dan yang pantas itu gua dipanggil "MAS".
Kenapa gua ga milih panggilan yang bagus seperti "KAKAK", karena gua juga sadar dengan muka gua. Muka gua medok. Jadi pantasnya dipanggil "MAS"
Dari hal ini gua belajar bersukur.
Lebih baik dipanggil "OM" daripada dipanggil "TANTE"
Terimakasih.
tampilannya diganti biar lebih fresh, gitu kak
BalasHapus